RADIO KOMUNITAS K FM MAGELANG
GAWE ADEM LAN AYEM
Jln.Muntilan-Dukun,Km 5,Komplek Lantai 2 MTS Aswaja Dukun,Kecamatan Dukun

3 Jul 2013

Home » » REKAM! Remaja Berkembang dan Mandiri

REKAM! Remaja Berkembang dan Mandiri

Sangkala JRKI- Generasi muda memang akhir akhir ini banyak mendapat imej yang kurang begitu menyenangkan dengan era globalisasi dan pergaulan bebas. Akan tetapi tidak semua generasi muda salah jalan,masih banyak generasi muda yang notabane nya menjadi penerus bangsa kita agar lebih maju dan berkembang,dan harusnya memang dilindungi oleh Negara. Negara tidak hanyalah melindungi akan tetapi mendidik,mengupayakan bagaimana mereka bisa berkembang dan berkreasi sepositif mungkindemi masa depan yang cerah bagi meraka,yang nantinya pasti akan berpengaruh terhadap perkembangan bangsa dan negara. banyak generasi muda yang siap menerima semua itu. Bhakan sudah ada yang mulai bergerak dengan kegiatan-kegiatan postif bagi lingkungan sekitar mereka.


Pada tanggal 24 Juni hingga 3 Juli 2013, 23 remaja dan fasilitator muda dari 11 provinsi di Indonesia telah berkumpul di Desa Penting Sari, Sleman, Yogyakarta. Mereka bertemu untuk merancang program sederhana bagi perubahan yang lebih baik di komunitas masing-masing dengan media sebagai alat bantu. Kali ini kemah media memilih media foto dan video.

Peserta terdiri dari remaja beserta fasilitator dari Yayasan Teratai Hati Papua (YTHP) Papua, Baileo Maluku, Kopro Film Palu, Komunitas Pasir Putih Lombok, Sekolah Rakyat Kami Sulawesi Selatan, Komunitas Gurindam 12 dan Desa Harapan Jaya Pekanbaru Riau, Pesantren Raudul Ulum 1 Malang, Komunitas Gama 55 Yogya, Karang Taruna Wanci Mekar Tampomas Cibereum dan Komunitas Cigugur, Institut Studi Islam Fahmina Cirebon dan Pemuda Wamena.

Ahli dan rekan-rekan peduli remaja yang mengisi sesi diskusi adalah Dian Herdiany sebagai Ketua Yayasan Kampung Halaman, Awan Sentosa dari Pusat Studi Ekonomi Kerakyatan UGM, Febri Triyanto dari Tela-Tela Fried Casava, Illian Deta Artasari dari Indonesia Corruption Watch, Sari Mutiara Timur dari Yakkum Emergency Unit, Muhammad Zamzam Fauzanafi sebagai Dosen Jurusan Antropologi UGM, Gama Triono dari Pusat Keluarga Berencana Indonesia (PKBI), Combine Resource Institution (CRI) dan radio komunitas Jalin Merapi, Jamaluddin Latif sebagai seniman teater Yogyakarta, Karang Taruna Bukit Putra Mandiri (Pengelola Gunung Api Purba Nglanggeran), Yosep Anggi Noen sebagai sutradara dan penggerak komunitas limaenam film, Koperasi Kelompok Tani Wanita Sedya Mulya Gunung Kidul dan Dagadu Djokdja.

Sedangkan fasilitator media untuk workshop video dan foto diisi oleh Yazied Shafaat dan Annisa Murahammi dari Srengenge Advertising, Arif Fadillah dan Yosep Arkian, Andre Triadiputra dan Mamad Fesdi Anggoro.

Hari pertama kemah media diisi dengan perkenalan dan workshop kreatif cukil kayu yang diaplikasikan pada kaos peserta dengan cara sablon. Selain itu, peserta juga dibagikan tempat minum hasil kreatifitas remaja di YouthCoop (Koperasi Remaja Kampung Halaman). Tali tempat minum dibuat dari beragam jenis kain khas Indonesia.

Hari kedua kemah media dimulai dengan pembukaan oleh Cicilia Maharani sebagai Direktur Kampung Halaman. Cicilia memaparkan tujuan akhir dari kemah media yaitu agar remaja dan fasilitator di 11 komunitas bisa menyusun program untuk perubahan di komunitas masing-masing dimulai dengan hal-hal yang sederhana. Kemah media ini mengajak remaja untuk memetakan potensi yang ada dan memaksimalkan media sebagai medium.

Sesi pertama pada hari ke-2 dimulai dengan sub-tema pendidikan dan lapangan pekerjaan. Sesi ini diisi oleh Awan Santosa dari Pusat Studi Ekonomi Kerakyatan, UGM kemudian dilanjutkan sesi berbagi dengan wirasusahawan muda, Febri Triyanto dari Tela-Tela Fried Cassava dan Cahyo serta Ibu Suwarni dari Kopersi Kelompok Tani Wanita Sedya Mulya Gunung Kidul. Selain mendengarkan paparan pengalaman dan presentasi narasumber, peserta juga berkesempatan bercerita soal pengalaman masing-masing komunitas dengan sub-tema terkait. Sub-tema pendidikan dan lapangan pekerjaan menghadirkan presentasi dari Sekolah Rakyat Kami Makassar dan Komunitas Pasir Putih Lombok.

Paparan presentasi dan pengalaman para narasumber pada intinya mengajak remaja untuk melihat potensi yang ada di sekitar mereka. Kepekaan terhadap kondisi sosial dan lingkungan sekitar adalah modal utama yang membuat Febri dan Ibu Suwarni bisa sukses mengembangkan usaha meski dari hal yang sangat sederhana. Sementara Awan Santosa menggarisbawahi soalan kekuatan

pasar yang digerakkan oleh masyarakat dan produk lokal. Menurutnya, produk-produk industri telah melemahkan produk-produk hasil olahan rakyat. Remaja masuk dalam rantai ekonomi tersebut sebagai sasaran konsumen yang sangat potensial. Ia berharap kemandirian yang diwujudkan oleh remaja bukan sekedar bisa mandiri secara ekonomi, bukan sekedar membatasi pola konsumsi atau mampu menciptakan lapangan pekerjaan namun juga mampu melihat potensi yang paling sederhana yang ada di lingkungan terdekatnya.

Sesi kedua pada hari pertama dilanjutkan dengan sub-tema budaya dan identitas. Presentasi remaja dari Yayasan Teratai Hati Papua dan Komunitas Cigugur mengawali sesi ini. Remaja dari Papua menggelisahkan berkurangnya hutan di wilayah mereka karena perusahaan kelapa sawit yang secara langsung berpengaruh pada aktifitas upacara adat “pendewasaan” yang sudah dilakukan secara turun temurun untuk laki-laki yang akan beranjak dewasa. Tiadanya hutan membuat bahan-bahan upacara sulit dicari dan aktifitas berburu terganggu. Sementara remaja di Komunitas Cigugur memaparkan kegelisahan mereka soal hutan lindung di wilayah kaki Gunung Cigugur yang berubah menjadi proyek Taman Nasional. Keputusan Kementrian Kehutanan yang diputuskan sepihak tanpa diskusi dengan masyarakat setempat membuat remaja ini resah karena masyarakat sekitar bergantung secara ekonomi pada hasil bumi di wilayah kaki gunung tersebut. Zamzam Fauzanafi dari Antropologi UGM mengatakan bahwa konflik yang terjadi di kedua komunitas disebabkan karena perbedaan yang tidak alami. Perbedaan yang tidak alami ini disebabkan karena adanya kepentingan politik, ekonomi dan sumber daya.

#IYMC13 hari ke-2 dipadati dengan diskusi sub-tema bencana, korupsi, kesehatan dan melek media. Vita dari Humanum Maluku berkesempatan memutarkan video yang ia buat bertemakan bencana sosial. Dengan sedikit bersedih Vita menceritakan kembali pengalamannya tinggal dalam pengungsian. Dr. Sari Mutia Timur dari Yakkum Emergency Unit memberikan poin yang menarik terkait bencana baik alam maupun sosial. Ia berharap remaja tidak sekedar memposisikan diri sebagai korban tetapi mampu bertanya dan menggali latar belakang bencana di wilayah masing-masing. Pengetahuan terhadap penyebab bencana adalah modal bagi remaja untuk dapat berperan serta untuk mencegah bencana terjadi atau berkontribusi ketika bencana terjadi.

Rekan-rekan dari Jaringan Radio Komunitas Jalin Merapi juga sempat berbagi pengelolaan informasi dan sukarelawan selama bencana. Paparan mereka memberi wawasan baru bagi peserta mengenai kegunaan media untuk informasi seputar bantuan dan manajemen bencana.

Diskusi mengenai korupsi oleh Illian Deta dari ICW juga menarik perhatian peserta. Dengan medium beragam video, Illian memberkan poin yang menarik bagi remaja terkait korupsi yakni mencegahnya dari lingkungan terkecil dan diri sendiri. Contoh-contoh nyata yang sederhana seperti menyuap polisi dan membayar untuk ujian SIM juga menjadi ilustrasi. Diharapkan remaja berperan untuk memutuskan sistem korupsi yang sudah terlanjur membudaya dalam masyarakat. Sementara isu kesehatan reproduksi ditemani oleh Gama Triono dari Pusat Keluarga Berencana Indonesia (PKBI). Poin penting yang disampaikan oleh Gama adalah kesadaran remaja atas hak-hak yang dimilikinya baik atas fasilitas layanan kesehatan dan pendidikan tentang seksualitas.

Sesi terakhir pada hari ini diisi dengan diskusi soalan melek media yang ditemani oleh Dian Herdiany dari Yayasan Kampung Halaman. Poin penting yang menjadi refleksi remaja adalah tidak hanya kemampuan untuk melek media tetapi juga musti dibarengi dengan kecepatan untuk bertindak apabila media memposisikan remaja sebagai korban, misalnya perdagangan manusia yang kian marak.
Hari ke-3 dan ke-4 peserta #IYMC13 masuk ke proses kreatif yang dibantu oleh Yazied Syafaat dan Annisa M. dari Srengenge Advertising. Pada sesi ini peserta dibagi ke dalam kelompok berdasarkan komunitas masing-masing untuk memetakan isu dan potensi yang dimiliki. Ternyata, kreatifitas dalam mengolah pesan berpengaruh besar pada seberapa besar perhatian orang terhadap pesan/informasi yang kita sampaikan. Meski demikian, Aad menyarankan kepada remaja untuk mencari ide dari hal-hal sederhana yang ada disekitar.

Hari ke-5 dan ke-6 diisi oleh aktifitas teknis yang dimulai dengan sesi pengenalan foto dan praktek membuat fotografi essay oleh Arif Fadillah dan Yosep Arkian. Peserta melakukan aktifitas ‘hunting’ foto di sekitar Desa Wisata Penting Sari. Antusiasme peserta terhadap foto terlihat dengan semangat bangun pagi-pagi dan bersosiliasasi dengan warga. Peserta masing-masing akan menghasilkan satu buah foto essay. Sementara peserta di sesi video mendapat perkenalan teknis video dan penyutradaraan oleh Andre Triadiputra dan Yosep Anggi Noen sebelum akhirnya belajar editing bersama Mamad Fesdi Anggoro. Peserta kelas video dibagi dalam tiga kelompok yang masing-masing menghasilkan satu buah video.
Hari ke-7 dan ke-8 diisi dengan pameran karya dan presentasi rencana program yang akan dilakukan di komunitas masing-masing. Pada hari terakhir ini pula, peserta mengikuti sesi berbagi dengan Dagadu yang sekaligus membagikan oleh-oleh untuk masing-masing peserta.

Peran Kampung Halaman dan 11 komunitas yang mengikuti kemah media ke depannya adalah menjadi fasilitator untuk anak muda dan remaja di komunitas masing-masing agar mampu mengatasi persoalan di sekitarnya menggunakan media sebab perubahan tidak bisa dilakukan sendirian. Pesan penutup dari Roem Topatimassang yang hadir di hari terakhir adalah; mulailah dari hal yang sederhana, dari lingkungan terdekat dan yang lebih penting, mulailah perubahan dari diri sendiri.

By : @KampungHalaman
Editor : Bayu Sapta Nugraha

sumber : JRK Jateng
Share this article :