RADIO KOMUNITAS K FM MAGELANG
GAWE ADEM LAN AYEM
Jln.Muntilan-Dukun,Km 5,Komplek Lantai 2 MTS Aswaja Dukun,Kecamatan Dukun

17 Mei 2013

Home » » Sebelas Tahun JRKI, Mengelola Nikmat Keberagaman

Sebelas Tahun JRKI, Mengelola Nikmat Keberagaman


Solo-SuaraKomunitas. Kolaborasi ulang tahun JRKI ke-11 di Rumah Blogger Indonesia, luar biasa. Manusia tumpah ruah. Acara meriah, sebuah pesta rakyat yang berhasil merayakan apapun. Ahmad Tohari tampak memberikan ceramah "agama" pentingnya keberagaman, nyanyian heroisme menyentil kekerasan seksual, stop kekerasan, anti kekerasan oleh kelompok simphoni mendayu-dayu,didampingi oleh koalisi perempuan yang telah menjejak 5 kota dari 11 kota yang direncanakan, ada lagu-lagu duo Adel&Rio menggugah, makanan angkringan menemani tontonan, berlangsung menjelang tengah malam. Dan tidak lupa tim juru sorak, kawan-kawan JRK seluruh Indonesia. Tidak ada kata yang pas untuk acara ini selain, ujaran bahwa inilah yang disebut dengan "seni rakyat", akhirnya kita dapat rujukan.
Di belakang panggung terbentang sepanduk Orasi kebudayaan Ahmad Tohari, Kolaborasi Musik Seniman Solo dan Bandung, 11 tahun JRKI - Jaringan Radio Komunitas se-Indonesia. Mengelola nikmat keberagaman, indah sekali kata-kata itu.
Kembali ke masa lalu, demikian Sinam -Ketua Umum JRKI- sebelas tahun yang lalu, masih dengan aroma semerbak reformasi, Jaringan Radio Komunitas Indonesia mendeklarasikan diri. Pada hari itu di depan gedung rakyat, DPR proklamasi JRKI itu berkumandang, 15 Mei sebelas tahun yang lalu. Kata-kata sakti keluar: penyiaran adalah hak publik, tidak dikuasai oleh pemerintah atau pun sekumpulan orang. Tak lama setelah deklarasi itu, UU penyiaran disahkan, walaupu presiden tidak pernah menandatangani degree itu.
Ada tekad yang besar bagi pegiat radio komunitas untuk terus menjunjung setinggi-tingginya demokratisasi penyiaran, demokratisasi informasi, penentangan terhadap penyiaran yang sentralistik, dan gerakan anti liberalisasi penyiaran. Peran itu menjadi gerak sejarah JRKI disamping terus sebagai pemegang "pengeras suara" paling lantang tentang gerakan kebudayaan daerah. Pacetan, osingan, kacapingan, dan banyak lainnya.
Nilai-nilai itu terus didendangkan. "Gentong Kosong", menggugah, sebuah karya puitik Wiji Thukul. Dilebihkeraskan kemudian oleh Ade Tanesia, pegiat media Combine Resource Institution. Kolaborasi bersama Adel&Ario terasa rancak. Joglo TV tidak lupa menyiarkan secara langsung dan berbagai radio streaming terus-menerus mengudara. Di sela riang-gembira, terus hal yang substansial diingatkan bahwa perjuangan JRKI terhadap alokasi 20% frekuensi radio bagaimanapun diupayakan. Terikan "udara milik kita" terus berkumandang.
Ayo song-song fajar kebaruan
Di udara sangkala telah digemakan
Radio...komunitas
Komunitas Indonesia
Udara milik kita
Milik kita udara
Ayo song-song fajar kebaruan
Di udara sangkala telah digemakan
Udara milik kita
Milik kita Indonesia
Ahmad Tohari, geleng-geleng kepala. Terpesona dengan teriakan-teriakan pegiat JRKI. Ahmad Tohari, berkata-kata: keberagaman adalah kodrat, jangan melawan kodrat. Perjuangan JRKI, begitu Ahmad Tohari adalah menjadikan nyata apa yang disebut dengan "mengelola nikmat keberagaman". Membela hak publik untuk penyiaran, lalu melawan monopoli siara baik dari yang punya kuasa politik maupun pemilik-uang.
Seminggu yang lalu, JRKI telah melakukan deklarasi ke-11 mengenai "Gerakan Indonesia Bersih", di Aceh untuk terus mengumandangkan gerakan anti korupsi di Indonesia. Bagaimanapun tradisi korupsi di Indonesia merupakan budaya pada masa lalu, kita punya budaya upeti, demikian Ahmad Tohari.
Fasilitator Senior Media Nasional, Budhi Hermanto menggawangi acara ini dengan sumringah, berjalan dengan gegap gempita, dan penuh hiburan. Kita tunggu acara yang lebih dahsyat pada tahun berikutnya. Sriwedari, rencananya.
Share this article :