RADIO KOMUNITAS K FM MAGELANG
GAWE ADEM LAN AYEM
Jln.Muntilan-Dukun,Km 5,Komplek Lantai 2 MTS Aswaja Dukun,Kecamatan Dukun

30 Nov 2013

Home » » Ini Perbedaan Letusan Freatik dan Magmatik Gunung Merapi

Ini Perbedaan Letusan Freatik dan Magmatik Gunung Merapi

Puncak Gunung Merapi (Foto: Koran Sindo)
Puncak Gunung Merapi (Foto: Koran Sindo)
YOGYAKARTA - Masyarakat di lereng Gunung Merapi harus paham tentang letusan freatik dan magmatik. Kedua letusan tersebut sangat berbeda.

Letusan freatik datangnya tidak bisa diprediksi sehingga masyarakat yang tinggal di kawasan zona bahaya harus waspada. Letusan itu muncul setiap musim hujan karena dipicu oleh air yang meresap dari puncak kawah.

Letusan jenis ini diprediksi tidak akan merusak karena yang dominan dikeluarkan berupa abu vulkanik, pasir, serta batu kecil. Untuk pasir dan batu kecil tidak akan jauh loncatannya dari sekitar kubah, namun untuk abu bisa jauh karena dibawa angin.

Sementara letusan magmatik berasal dari perut Merapi. Bebatuan yang besar dan panas di dalam perut bumi keluar melalui celah retakan kubah yang paling pendek. Letusan ini terjadi berulang-ulang sehingga dapat dipelajari kapan letusan dahsyat akan terjadi.

“Semakin sering frekuensi gempa, artinya semakin dekat akan terjadi letusan,” jelas Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK) Yogyakarta, Subandrio, Minggu (1/12/2013).

Letusan magmatik terakhir terjadi pada Oktober 2010 dan menelan ratusan korban jiwa, termasuk Mbah Maridjan yang terpanggang awan panas.

Masyarakat di sekitar lerang Merapi juga kehilangan tempat tinggal karena rumah mereka rata dengan pasir dan bebatuan.

Letusan magmatik juga pernah terjadi pada 2006 dan membentuk kubah yang mengarah ke selatan. Sebelumya kubah mengarah ke barat daya. Letusan itu menelan dua korban jiwa.

“Letusan magmatik ada tanda-tandanya, terukur, dan bisa dipelajari melalui ilmu pengetahuan. Kalau sudah diperingatkan, tapi masih ngeyel, ya alam yang memperingatkan,” ucapnya.

Pasca erupsi 2006 dan 2010, zona bahaya kini berada di sisi selatan atau Kabupaten Sleman karena retakan kubah sudah menuju selatan.

Subandrio mengklaim zona bahaya itu bukan rahasia lagi karena jika ada letusan magmatik, aliran lahar yang sangat panas menuju ke sana.

“99,9 persen zona bahaya pada sisi selatan, makanya Pemkab Sleman melarang pendirian hunian di radius zona bahaya,” pungkasnya.

Silahkan di komentari menurut pendapat anda,karena komentar anda sangat bermanfaat bagi kami .
Share this article :